Pengunjung yang baik Selalu Meninggalkan Klik di Like Box"

Menembus Batas Mimpi

Minggu, 04 Oktober 2015



Setiap orang pasti memiliki mimpi, tapi seberapa tinggi kita berani bermimpi dan seberapa besar keinginan kita untuk menggapai mimpi itu sendiri ?. Mimpi adalah sebuah pondasi kesuksesan, layaknya bangunan akan kubangun pondasi mimpiku sekuat mungkin hingga tetap kokoh berdiri tegap meski di terpa oleh badai ataupun gempa sekalipun.
            Aku ryan, lelaki yang memiliki segudang mimpi yang indah dan berjuta impian namun mimpi terbesarku dari kecil hingga sekarang masih tetap sama yakni menjadi penulis sukses dengan beribu karya dan dihargai banyak orang. Membayangkan saja sudah membuat kebanggaan tersendiri di hatiku, segera kupejamkan mata kuhela nafasku dengan tarikan nan tipis dan kubisikkan sebuah harapan kepada Tuhan “  Akan ku genggam kuat dan kugantungkan impian ini setinggi-tingginya hingga kelak menembus batas mimpiku “ kubuka pelan mataku sambil tersenyum cerah seraya menyambut semangat pagi ini.
            “Ryaaan” sontak kutolehkan kepalaku kebelakang, kudapati seorang wanita terhebat didepan pintu kamarku dengan wajah tersenyum, ya itu ibuku, dengan nada yang lembut dia bilang “ Ryan udah lama bangun kok belum siap-siap pergi sekolah, jam berapa sekarang ! seiring mendengar ucapan ibu kupandangi jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.20. Sontak, secepat kilat kuterjun dari ranjangku dan bergegas menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh muka. Tak perlu lama dengan tikungan tajam kulandaskan diri didapur yang sempit untuk sarapan pagi dengan menu lauk yang selalu sama yaitu sepotong tahu dan sehiris tempe. Benar saja kami bukan keluarga yang berada, sekolahku saja dibiayai dari beasiswa yang kudapat saat SMP dulu dan sedikit tambahan dari hasil ibu jualan kue basah. Ibuku sosok wanita yang penyayang dan pekerja keras, disetiap bangun subuh aku dengan tergopoh gopoh sempoyangan berjalan menuju tempat air wudhu, ibu sudah terlebih dahulu berada didapur duduk rapi dengan tangan yang sibuk membuat kue. Melihat rutinitas ibuku bekerja itu  tekadang terbenak kesedihan dihati dan terkadang menjadi sebuah motivasi tersendiri untukku. kutanamkan dalam hatisaat itu  “kelak akan kubuatkan ibuku rumah yang besar dengan tulisanku, kubelanjakan banyak baju dengan tulisanku, kubelikan makanan yang enak dengan tulisanku dan kubahagiakan ibuku dengan tulisanku”
            Persiapan pun sudah rampung, saatnya menuju Madrasah Aliyah Darul Ulum Kotabaru, sekolah yang membentuk karakterku hingga seperti ini. Tidak begitu jauh dari rumah sehingga cukup berjalan kaki saja, berolahraga sambil beribadah, kan kata pa ustadz orang berjalan menuju kebun ilmu setiap langkahnya dibalas dengan kebajikan. Hmm. Padahal karena belum mampu membelli kendaraan. Setibanya di sekolah aku pun duduk rapi siap untuk menerima pembelajaran pertama yang dibimbing oleh pak zaim, guru bahasa inggris termuda di sekolah ini.
Teeeeet...teet… bunyi bel bersenandung di seluruh penjuru sekolah, para siswa secara berhaburan keluar kelas, yang tertinggal hanya aku dan kedua sahabatku yona dan ipul, yona adalah anak yang rajin dan cerdas, ini dibuktikannya dengan turut sertanya di Olimpiade Sains yang diadakan tahun lalu  ,sedangkan ipul salah satu temanku yang polos dan humoris, banyak lakuannya yang membuatku selalu tertawa terbahak-bahak dibuatnya, bayangkan saja dia pernah menggesek kartu BPJS di ATM. Saat itu ketika kudapati dia di dalam ruang ATM sedang teriak sejadi-jadinya “Kenapa Gak Bisaa” dan tidak lama kemudian dia keluar melewati pintu kaca itu, dengan muka yang datar dia bilang “Hufh dasar Iklan pembohong katanya kartu BPJS bisa digunakan untuk orang tidak mampu”. tawa lepas dan sedikit mengejek terlontar dibibirku saat itu “ hahaha…kayaknya polos dan bodoh itu beda tipis ya”  
            Kuhabiskan setiap waktu istirahatku berkumpul bersama dua sahabatku ini, mulai dari jajan bersama, ngombrol bareng atau hanya sekedar kumpul dengan aktivitas kami masing-masing, kali ini yang dilakukan yona dan ipul sibuk asyik beradu cerita mengenai kehebatan gadis pujaan mereka masing-masing sedangkan aku hanya merenung dengan kepala yang kusandarkan diatas tangan kiriku dan tangan kananku mengutak atik buku catatan dengan setangkai pulpen. Tak tahu apa yang kutuliskan hanya sebuah coretan tak karuan. bukannya aku tidak tertarik dengan bahan pembicaraan kedua sahabatku itu ataupun tidak tau menahu mengenai namanya cinta. Hmm jangan salah, aku sangat mengenal produk yang satu ini, buktinya aku selalu menjadi konsultan cinta untuk dua sahabatku itu. hanya saja, Aku seperti penjual suatu produk yang aku sendiri tak pernah mencicipi produk yang kujual. Ku selalu berpikir dalam cinta ada yang disebut dengan hukum kepantasan, yang baik akan berjodah dengan orang baik dan orang tidak baik akan berjodoh dengan orang tidak baik pula, jadi yang kulakukan sekarang masih memantaskan diri untuk jodohku kelak. Toh bila aku sudah sukses nanti akan lebih mudah untuk memilih gadis mana yang aku suka. Tidak muluk-muluk cukup baik, perhatian, pintar, religius dan penyayang saja...hehe 
            Plaak, satu pukulan kecil mendarat dipundakku. “Woi apa yang kamu lamunkan”. tutur ipul. Sontak kuterkejut dan langsung saja ku jawab “kamu ini mengagetkan saja”, dengan topik yang berbeda ipul melanjutkan pertanyaaannya padaku, “yan, kan ujian sebentar lagi, apa rencanamu setelah lulus nanti  kuliah atau langsung kerja ?, ku jawab “soal keinginan sih aku ingin sekali kuliah  dijurusan sastra tapi bicara kemampuanku dalam hal biaya untuk mendaftar NOL BESAR  pul. “ hufh kayanya api semangat pengejar mimpi sahabat kita satu ni mulai redup yon, sindir ipul sambil mencolek yona yang berada disebelahnya.
sambungku“ tenang kawan mimpiku masih terjaga dengan aman hanya saja kalian juga taukan ini masalah keadaanku yang …. Belum selesai bicara langsung disambarkan yona “ banyak jalan menuju roma yan, kudengar sekolah kita punya program beasiswa untuk siswa berprestasi dibidang seni, kenapa gak coba aja”  sontak aku berdiri  dan bercetus dengan wajah sumringah “ hah, benar itu yon” tanpa mendengar jawaban yona segera ku angkat kaki dan kuayunkan langkahku dengan cepat menuju ruang guru untuk menanyakan kebenaran hal itu dan terang saja  benar adanya.
            Sesampai ku dirumah kulepaskan sepatu dan kubuang begitu saja disamping pintu tua itu, tanpa menghiraukan tas yang masih ku pompang dengan semangat yang berkobar kucari berkas-berkas yang mungkin kuperlukan untuk persyaratan beasiswa yang besoknya nanti kuserahkan kepada pihak sekolah, dimulai dari ijazah SMPku, kartu keluarga hingga piagam-piagam prestasi yang sudah kudapat. Setelah semua itu kudapatkan barulah ku bisa bernafas lega dan tiba-tiba suara aneh menyelinap ditelingaku “Gruuu’uuk” kusadari ternyata itu suara perutku yang  mulai meronta-ronta karna lapar melanda.
Satu hari, satu minggu , kemudian satu bulan hingga hari pengumuman tiba. Sesampai disekolah kulihat beberapa siswa sudah berada di depan kantor dengan niat yang sama yakni menunggu hasil nama-nama yang mendapatkan beasiswa tersebut. Yang kulakukakan sekarang cuma berdiri di depan pintu kantor dengan rasa harap cemas menyelimutiku, sesekali aku mondar mandir untuk meredam kegelisahanku. Tak lama kami menunggu, keluarlah pak zaim membawa kertas putih dan ditempelkan kedinding yang berada dihadapanku, secara berdesakkan kucoba fokus mencari namaku dari urutan atas sampai terbawah dan hasilnya tidak ada, kucoba kembali melihat dengan sudut pandang yang lebih dekat. Aku diam terpaku dengan tatapan kosong sembari kubicara dalam hati “ Mission Failed”.
Sepulang sekolah kudapati ibuku dengan wajah cerah, secerah cahaya matahari disiang itu, beliau melayangkan senyum dengan tatapan penuh tanya! ku paham apa yang ingin ditanyakan ibuku dan ku bilang sambil membalas senyumannya “gagal bu”.  Tiba-tiba ibuku merangkulku, menangis dan memelukku. Dengan suara terbata-bata ibu berkata“ sabar ya nak, ibu mengerti apa yang kamu inginkan dan bagaimana usaha yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan keinginanmu itu tapi kali ini belum rezekimu nak. Sejenak ku hanya diam, sedih memang apalagi melihat ibuku menangis saat itu namun setelah itu kucoba menguatkan diri dan kukatakan pada ibuku “ iya bu, gak apa-apa. Aku hanya bisa bedoa dan berusaha sebisaku bu tapi tetap Allah yang menentukan, mungkin Allah punya jalan lain yang lebih indah bu.
Tak lama-lama kuingin berlarut dalam kesedihan, aku melanjutkan rutinitasku seperti biasa. Aku semakin rajin untuk mengumpulkan amunisi dengan belajar giat demi persiapan Ujian sekolah yang tinggal menghitung hari sambil diselingi aktivitasku menulis untuk sekedar menyalurkan hobiku. Ku tak pernah bosan untuk menulis baik menulis puisi, cerpen dan novel dengan judul-judul yang menarik menurut teman-temanku, selain hanya untuk ku nikmati sendiri kadang juga dengan bantuan yona, karyaku selalu di uploadnya di dunia maya agar bisa dibaca oleh para penikmat karya sastra dibelahan bumi lain.

****
Ketika mega jingga mulai menyelimuti langit diiringi udara yang sejuk, aku terpaku dalam ilusi kesendirian di depan rumah dengan posisi terlentang sambil menatap langit. Renunganku buyar ketika yona dan ipul memanggilku, kulihat peluh menghujam mengalir didahinya, mungkin dia habis berlari, pikirku. Dengan nada terenggah-enggah ipul berkata “ Ryan mimpimu sebentar lagi akan terwujud “ mendengar itu ku hanya menaikkan sebelah alisku karena kebingungan. “iya yan”, baru saja kulihat pesan masuk disalah satu akun emailku, setelah kubaca ternyata salah satu novelmu ingin dipinang oleh penerbit ternama, sambung yona. Mendengar hal itu, ku teriak sejadi-jadinya “ Alhamdulillaaaah” segera kuberlari masuk kedalam rumah kudapati ibuku yang lagi duduk khusu dengan mukena yang masih melekat ditubuhnya. Ku peluk erat tubuhnya, tepat di dihadapannya kubisikkan ditelinganya “doa ibu terjawab bu”. Tanpa bertanya kenapa, dengan tangis haru “Alhamdulliah nak,. Selamat nak. tak banyak kata yang dapat ibu katakan saat itu.
Terimakasih Tuhan, kau tidak selalu memberikan semua apa yang ku pinta tapi ku selalu mendapatkan segala apa yang ku butuhkan. Semoga ini menjadi langkah kecil ku menuju langkah yang lebih besar untuk mencapai apa yang telah menjadi tekad mimpiku selama ini.

END
Share this article :

1 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. VANb.indo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger