Kali ini aku satu kelas dengannya.orang yang sebelumnya tidak pernah saling sapa itu menyapaku dengan baik. Firda namanya.Kami semakin akrab saat beberapa hari memasuki kelas baru.Aku nomor urut absen19 namaku Daran, yang sekarang Kelas sebelas.Kelas yang berada paling pojok lingkungan Madrasah Aliyah Darul Ulum itu, semakin berwarna saat musim mangga sekarang ini.Benar saja, Disebelah kelas kami yang masih banyak semak itu ada beberapa pohon mangga yang lumayan banyak berbuah akhir-akhir ini. DialahYasir, pemanjatpohon mangga dalam kelas yang kami cintai dan kami banggakan.Saat ini dia sedang memanjat.
Yasir dan aku memang teman dekat, apalagi tiga orang dalam kelasku; Dodon, Rian, dan Firda. Kami berempat akhir-akhir ini sangat akrab, yang dari awal katanya dulu berteman, sekarang menjadi sahabat.
Keesokan harinya.Lagi-lagi aku pagi ini terlambat kesekolah dan seperti biasa bersama beberapa orang yang terlambat lainnya, aku dihukum harus membersihkan sampah daun kering dari kedua pohon depan lapangan sekolah yang agak jauh dari kelasku.
Saat itu mereka berdua datang dengan penuh pesona lewat dihadapanku.Dodon dan Rian.dua makhluk yang mengejekku secara halus. “ciee rajin” ucap mereka berdua dengan senyum yang paling mempesona.
Tak jauh dari belakang mereka, kulihat dia menyusul berjalan dengan langkah cepat, sebelum beberapa anak kelas satu lewat didepannya dan menghalangi pandanganku. Akupun kehilangan jejak Firda.
“Firda mana?” tanyaku pada mereka,yang sebenarnya mereka juga tidak tahu kalau diikuti Firda dari belakang. “dibelakang” jawab Rian dengan wajah datarnya.”nyari aku?” belum sempat aku bicara, aku mendengar suara perempuan yang lembut menyapaku.Suara yang seperti kekanak-kanakan itu terdengar dari arah belakangku.Suara khas dari Firda, bagiku yang tiada duanya di Kabupaten.Ternyata ajaibnya Firda muncul dibelakangku.Belum sepenuhnya aku memutar tubuhku kebelakang, dia menarik lengan bajuku dan menyeretkukearah kantin.Tidak ketinggalan ternyata Dodon juga menarik Rian yangkulihat mengikutiku dari belakang.Aku diajaknya dengan hati-hati membungkuk berjalan cepat, bersembunyi dan lolos dari para kumpulan orang-orang yang kena hokum bersamaku tadi.
“teraktir yey..” teriakkan Dodon saat baru saja duduk dalam kantin dengan semangatnya. Akhirnya aksi ini terdengar oleh guru Penjaskes kami “haii mau kemana?” ucap manis Pak Tamrin kearahku. beliau guru yang menghukumku tadi karena terlambat. “ituu pak.. saya terpaksa kekantin karena disuruh kedua temen saya, katanya kalo ga mau, saya bisa dibunuhnya” jawabku, dengan wajah yang terlihat serius. “hahh apa” seperti paduan suara saja, mereka bertiga mengucapkan itu dengan serentak. Suasana pun hening.
Dan pada akhirnya kami berempat dihukum bersama.
Pagi yang tidak terlalu cerah, karena hujan baru saja membasahi kota, tidak menyurutkan aktivitas kami untuk mengikuti Amaliyah, Amalan-amalan Doa sebelum masuk kelas yang rutin dilakukan tiap pagi.Kami amaliyah didalam Musolah sekolah ini, yang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk semua siswa Darul Ulum karena memang murid disini tidak terlalu banyak.
Aku lanjut menuju kelas dengan semangatnya setelah amaliyah.Mungkin karena Pr yang kukerjakan belum selesai. Copy paste jawaban Firda pun terjadi lagi karena soal terlalu sulit, tidak mendukung untuk dikerjakan. Firda memang yang paling unggul dikelas, bukan hanya pintar tapi dia tidak pelit denganku. Kadang aku bingung sendiri, kalau yang lain minta jawaban dia tidak berhasil, tapi kalau denganku selalu diberi.
Dalam kelas saat mencatat tugas, Akhir-akhir ini aku merasakan tatapan Rian dan cara bicaranya beda dengan sebelumnya, matanya seakan berubah saat menatap Firda. “lo suka sama Firda ya? Pengen jadi pacarnya?” Dodon yang juga merasakan kecanggungan itu spontan langsung mengatakan pada Rian.
Dan itu semakin membuatku heran, karena respon Rian menjawab sepertisalah tingkah saat ditanya.
“mau kesana dulu, dah..” ucap Firda sambil berjalan menjauhi kami.Firda sepertinya terlihat tidak senang.
Menjelang pulang sekolah, ada tugas yang diberikan dari pak Evan, guru bahasa Indonesia yang mengajar kami. “yuhu,..bapak kasih oleh-oleh, nanti saya kasih tau mama biar seneng” ucap Yasir, teman sebangku Dodon yang penuh dengan lawakan. Suasana sempat heboh beberapa saat. “tugasnyaperkelompok.. catat nama kelompoknya” perintah Pak Evan.
sayangnya Tuhan tidak mengijinkanku lewat Pak Evan untuk sekelompok dengan Firda.Padahal dia orang yang kuharapkan untu masalah seperti ini.
Sore ini aku segera menyelesaikan tugas dari Pak Evan karena besok matpel bahasa Indonesia masuk lagi. Saat ini kami berkumpul dirumah Rianyang juga satu kelompok denganku bersama dengan Dodon dan Yasir.Tugas yang kami anggap susah itu akhirnya selesai dengan mudah. ketika mereka dengan asik tidur-tiduran tidak jelas, aku menemukan data di laptop Irwan saat aku mengutak-atik foldernya tanpa dia tahu.
Hari semakin gelap, kami sudah pulang kerumah masing-masing.Malam ini Yang kuingat seharian hanya ratusan poto Firda yang ada di laptop Rian saat kulihat sore tadi. Aku sendiri jadi aneh karena gara-gara itu sebabnyasusah tidur.
Aku baru ingat Firda kadang-kadang sering browsing facebook. Akupun membuat facebook baru dengan nama samaran. Puyungsari.
“jreng jreng” pesan chat pertamaku ke Firda.
“kring kring” belum satu menit, dia sudah merespon pesanku dengan jawaban yang agak aneh juga, seperti suara lentongan sepeda ontel.
Kami pun akrab mengobrol dengan kata kata yang penuh puitis, malam semakin lelap akupun dibuatnya mengantuk dan tertidur pulas nyenyak.
Pagi ini aku bersemangat karena selain tidak ingin terlambat, aku juga ingin presentasi tugas yang kami kerjakan kemarin.Setelah melewati beberapa sesi pertanyaan yang akhirnya sukses dijawab semua, bel pun berbunyi.Tanda waktu isirahat beberapa menit.
Belum sampai aku berjalan menuju kantin, ada suara yang tidak asing kudengar memanggilkutak jauh dari belakang. “ada yang mau dibicarain, Penting.” Rian menyuruhku ikut bersamanya, dan kami kesebuah tempat yang agak sepi dari orang-orang. “Ran..menurut lo gue tega? kalo suka sama sahabat sendiri?” “sebenarnya gue juga ga mau gini, gue udah usaha lupain dia. Tapi kenapa semakin gue berusaha lupa, malah makin ingat dia”. Tanpa disebut namanya aku sudah tahu siapa yang dimaksud Rian. Aku tidak tahu harus menjawab kalimat apa.yang kulakukan hanya mendengarkan ucapannya, dan sesekali mengangguk. “gue tau lo kemarin liatin potonya dilaptop gue” “gue harus gimana?Hei gue ngomong ni, Jangan diamin gue dong”
Curhat Rian berakhir saat Firda datang mendekati kami. “ga ngajak ngombrol ni, ga asik” ucap Firda yang datang dengan tampang manja seperti minta perhatian. Saat itu aku meninggalkan mereka berdua, menuju kantin karena perutku memang lapar.
Baru beberapa saat ternyata bel berbunyi, aku yang tadi makan dengan santai kini terombang-ambing karena terburu-buru.
Untung saja saat ini guru yang mengajar belum masuk. Saat aku duduk dan ingin mengambil buku dibawah laci mejaku, aku menemukan amplop warna ungu yang terselip di buku ku. Ungu memang warna kesukaanku, hanya saudara dan sahabatku tahu tentang kesukaanku dengan warna itu.
Amplop yang berisikan surat itu lalu kubaca;
Daran,Gue suka sama lo. apa lo juga sama? Lo itu cowok paling jelek tapi baik, dan cool yang pernah gue kenal.Senyum lo buat dunia gue bersinar. Ini serius ,gue malu mau ngomong apalagi. Gue cinta sama lo.
Firda.
Sempat aku menarik nafas dan menahannya beberapa saat, setelah membaca tiap kalimatnya. Surat yang awalnya membuatku tidak percaya itu. Akupun percayasetelah menunjukan ke Firda yang senyum seperti tersipu seperti malu-malu.
Sebelum pulang sekolah, aku menaruh balasan yang berisi aku juga suka sama dia. Tapi bayang tentang Rian juga selalu menghantuiku saat dia bilang beberapa jam lalu, kalau suka sama Firda.
Dengan rasa tak karuan aku menyampaikan pesan yang berupa tolakan secara halus itu karena suatu alasan. Tapi aku tidak menyebutkan alasanku apa.
Entah apa yang kurasakan, pikiranku terus memikirkan saat Rian mengatakan suka pada Firda tadi.
Pagi berikutnya.Pagi ini masih nampakcuaca tidak ada perubahan seperti biasanya, tapi ada hal yang sudah berubah dari biasanya tentang sosok Firda.Dia hanya diam dari tadi.aku merasa bersalah. Apa ini mungkin karena kemarin. Ah, sudahlah. Mungkin Saat ini hanya pikiranku yang tidak tenang.
Bahkan saat aku mendekatinya, dia seperti menghindar.
Rian yang juga dari tadi makin lama ternyata juga makin menjauhiku, makin membuatku takut karena merasa bersalah dengan perbuatanku.
“ian, maaf kalo gue buat salah” akhirnya aku mengucapkan kata itu didepan Rian, saat dia duduk dengan Dodon didepan kelas. “ah, maaf apa sih,” ucap Rian dengan santainya. “hahaha.. ga papa” dengan wajah senyum terpaksa, dan agak malu mengucapkan tadi.Dalam benakku Ternyata Rian tidak menjauhiku, itu hanya perasaan burukku saja hari ini.Walaupun mereka tidak membahas tentang Firda didepanku, tapi entahlah kalau aku tidak ada.
Akhir-akhir ini aku semakin merindukan tawa canda saat dulu kami berempat.Tapi disamping itu, aku juga tidak ingin mengacaukan persahabatan yang kami ciptakan berempat, terutama Rian.Hari-hari yang terjadi saat ini semakin aneh, aku selalu saja memandang poto Firda yang kumuat dialbum khusus dalam laptopku, walau tidak sebanyak poto yang dimiliki oleh Rian.bahkan kalau mau tidur, pikiranku selalu membayangnya.kenapa aku mulai menyukainya.Dalam benak aku berkata; “ya Tuhan, kalo aku memang jatuh cinta dengan baik padanya, maka jatuhkanlah aku selamanya” ternyata benar-benar aku memang menyukainya. Lalu bagaimana dengan Rian, yang saat ini mulai pendekatan sama Firda.
Selalu saja saat mereka berdua ku hampiri suasana jadi berubah, itu karena Firda pergi saat aku datang.
Malam-malam yang kuhabiskan kadang hanya berkirim pesan chatting dengan Firda.kata-kata puitis yang kuberikan lewat Puyungsari.Facebook yang kubuat itu sudah cukup mengungkapkan perasaanku, walau dia tidak tahu siapa puyungsari. Dia juga merespon dengan kata-kata yang kubuat. Walau kadang kata yang kubuat hasil copas dari internet.Kadang-kadang.
Akhirnya aku mencapai batas finish, aku memang jatuh cinta dengannya. Dibawah pohon dekat ayunan yang berada di samping kantin itu, aku datang dari belakangnya.“Fir, gue ga tau harus mulai darimana.Gue minta maafsama lo” Tidak kusangka aku membisikan kalimat itu didekat telinganya yang bertutup rapat jilbab itu. Rasanya ingin kugulingkan badanku ke aspal saking gugupnya mengatakan ini.keringat dingin pun menjadi-jadi disekujur tubuh. “maaf?, aku yang seharusnya minta maaf..Perasaan itu tidak bisa dipaksa” suaranya makin pelan, dengan bola mata yang seakan berkaca itu menatapku dengan tajam.Kami saling tatap mata.Baru kali ini rasanya aku menatap pelangi sedekat itu.Tatapan mata tajam itu, membuatku diam seperti membisu.Seakan tak ada kata yang terucap selain AKU SAYANG PADAMU.
Aku hanya diam, dia kelihatan ingin mengatakan sesuatu padaku. “lagian, gue udah punya kekasih dan gue mau berusaha yang terbaik untuknya. Namanya Rian, laki-laki pertama yang mengucapkan sayang padaku.” ucapan yang tidak pernah ku duga sebelumnya.ternyataFirda sudah berpacaran dengan Rian.
Dari belakang mungkin aku hanya pengagumnya
Ya tuhan, kalau aku memang jatuh cinta baik dengannya maka jatuhkanlah aku selamnya.
Dan ini adalah cinta terbaik yang pernah ku temui.
Yasir dan aku memang teman dekat, apalagi tiga orang dalam kelasku; Dodon, Rian, dan Firda. Kami berempat akhir-akhir ini sangat akrab, yang dari awal katanya dulu berteman, sekarang menjadi sahabat.
Keesokan harinya.Lagi-lagi aku pagi ini terlambat kesekolah dan seperti biasa bersama beberapa orang yang terlambat lainnya, aku dihukum harus membersihkan sampah daun kering dari kedua pohon depan lapangan sekolah yang agak jauh dari kelasku.
Saat itu mereka berdua datang dengan penuh pesona lewat dihadapanku.Dodon dan Rian.dua makhluk yang mengejekku secara halus. “ciee rajin” ucap mereka berdua dengan senyum yang paling mempesona.
Tak jauh dari belakang mereka, kulihat dia menyusul berjalan dengan langkah cepat, sebelum beberapa anak kelas satu lewat didepannya dan menghalangi pandanganku. Akupun kehilangan jejak Firda.
“Firda mana?” tanyaku pada mereka,yang sebenarnya mereka juga tidak tahu kalau diikuti Firda dari belakang. “dibelakang” jawab Rian dengan wajah datarnya.”nyari aku?” belum sempat aku bicara, aku mendengar suara perempuan yang lembut menyapaku.Suara yang seperti kekanak-kanakan itu terdengar dari arah belakangku.Suara khas dari Firda, bagiku yang tiada duanya di Kabupaten.Ternyata ajaibnya Firda muncul dibelakangku.Belum sepenuhnya aku memutar tubuhku kebelakang, dia menarik lengan bajuku dan menyeretkukearah kantin.Tidak ketinggalan ternyata Dodon juga menarik Rian yangkulihat mengikutiku dari belakang.Aku diajaknya dengan hati-hati membungkuk berjalan cepat, bersembunyi dan lolos dari para kumpulan orang-orang yang kena hokum bersamaku tadi.
“teraktir yey..” teriakkan Dodon saat baru saja duduk dalam kantin dengan semangatnya. Akhirnya aksi ini terdengar oleh guru Penjaskes kami “haii mau kemana?” ucap manis Pak Tamrin kearahku. beliau guru yang menghukumku tadi karena terlambat. “ituu pak.. saya terpaksa kekantin karena disuruh kedua temen saya, katanya kalo ga mau, saya bisa dibunuhnya” jawabku, dengan wajah yang terlihat serius. “hahh apa” seperti paduan suara saja, mereka bertiga mengucapkan itu dengan serentak. Suasana pun hening.
Dan pada akhirnya kami berempat dihukum bersama.
Pagi yang tidak terlalu cerah, karena hujan baru saja membasahi kota, tidak menyurutkan aktivitas kami untuk mengikuti Amaliyah, Amalan-amalan Doa sebelum masuk kelas yang rutin dilakukan tiap pagi.Kami amaliyah didalam Musolah sekolah ini, yang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk semua siswa Darul Ulum karena memang murid disini tidak terlalu banyak.
Aku lanjut menuju kelas dengan semangatnya setelah amaliyah.Mungkin karena Pr yang kukerjakan belum selesai. Copy paste jawaban Firda pun terjadi lagi karena soal terlalu sulit, tidak mendukung untuk dikerjakan. Firda memang yang paling unggul dikelas, bukan hanya pintar tapi dia tidak pelit denganku. Kadang aku bingung sendiri, kalau yang lain minta jawaban dia tidak berhasil, tapi kalau denganku selalu diberi.
Dalam kelas saat mencatat tugas, Akhir-akhir ini aku merasakan tatapan Rian dan cara bicaranya beda dengan sebelumnya, matanya seakan berubah saat menatap Firda. “lo suka sama Firda ya? Pengen jadi pacarnya?” Dodon yang juga merasakan kecanggungan itu spontan langsung mengatakan pada Rian.
Dan itu semakin membuatku heran, karena respon Rian menjawab sepertisalah tingkah saat ditanya.
“mau kesana dulu, dah..” ucap Firda sambil berjalan menjauhi kami.Firda sepertinya terlihat tidak senang.
Menjelang pulang sekolah, ada tugas yang diberikan dari pak Evan, guru bahasa Indonesia yang mengajar kami. “yuhu,..bapak kasih oleh-oleh, nanti saya kasih tau mama biar seneng” ucap Yasir, teman sebangku Dodon yang penuh dengan lawakan. Suasana sempat heboh beberapa saat. “tugasnyaperkelompok.. catat nama kelompoknya” perintah Pak Evan.
sayangnya Tuhan tidak mengijinkanku lewat Pak Evan untuk sekelompok dengan Firda.Padahal dia orang yang kuharapkan untu masalah seperti ini.
Sore ini aku segera menyelesaikan tugas dari Pak Evan karena besok matpel bahasa Indonesia masuk lagi. Saat ini kami berkumpul dirumah Rianyang juga satu kelompok denganku bersama dengan Dodon dan Yasir.Tugas yang kami anggap susah itu akhirnya selesai dengan mudah. ketika mereka dengan asik tidur-tiduran tidak jelas, aku menemukan data di laptop Irwan saat aku mengutak-atik foldernya tanpa dia tahu.
Hari semakin gelap, kami sudah pulang kerumah masing-masing.Malam ini Yang kuingat seharian hanya ratusan poto Firda yang ada di laptop Rian saat kulihat sore tadi. Aku sendiri jadi aneh karena gara-gara itu sebabnyasusah tidur.
Aku baru ingat Firda kadang-kadang sering browsing facebook. Akupun membuat facebook baru dengan nama samaran. Puyungsari.
“jreng jreng” pesan chat pertamaku ke Firda.
“kring kring” belum satu menit, dia sudah merespon pesanku dengan jawaban yang agak aneh juga, seperti suara lentongan sepeda ontel.
Kami pun akrab mengobrol dengan kata kata yang penuh puitis, malam semakin lelap akupun dibuatnya mengantuk dan tertidur pulas nyenyak.
Pagi ini aku bersemangat karena selain tidak ingin terlambat, aku juga ingin presentasi tugas yang kami kerjakan kemarin.Setelah melewati beberapa sesi pertanyaan yang akhirnya sukses dijawab semua, bel pun berbunyi.Tanda waktu isirahat beberapa menit.
Belum sampai aku berjalan menuju kantin, ada suara yang tidak asing kudengar memanggilkutak jauh dari belakang. “ada yang mau dibicarain, Penting.” Rian menyuruhku ikut bersamanya, dan kami kesebuah tempat yang agak sepi dari orang-orang. “Ran..menurut lo gue tega? kalo suka sama sahabat sendiri?” “sebenarnya gue juga ga mau gini, gue udah usaha lupain dia. Tapi kenapa semakin gue berusaha lupa, malah makin ingat dia”. Tanpa disebut namanya aku sudah tahu siapa yang dimaksud Rian. Aku tidak tahu harus menjawab kalimat apa.yang kulakukan hanya mendengarkan ucapannya, dan sesekali mengangguk. “gue tau lo kemarin liatin potonya dilaptop gue” “gue harus gimana?Hei gue ngomong ni, Jangan diamin gue dong”
Curhat Rian berakhir saat Firda datang mendekati kami. “ga ngajak ngombrol ni, ga asik” ucap Firda yang datang dengan tampang manja seperti minta perhatian. Saat itu aku meninggalkan mereka berdua, menuju kantin karena perutku memang lapar.
Baru beberapa saat ternyata bel berbunyi, aku yang tadi makan dengan santai kini terombang-ambing karena terburu-buru.
Untung saja saat ini guru yang mengajar belum masuk. Saat aku duduk dan ingin mengambil buku dibawah laci mejaku, aku menemukan amplop warna ungu yang terselip di buku ku. Ungu memang warna kesukaanku, hanya saudara dan sahabatku tahu tentang kesukaanku dengan warna itu.
Amplop yang berisikan surat itu lalu kubaca;
Daran,Gue suka sama lo. apa lo juga sama? Lo itu cowok paling jelek tapi baik, dan cool yang pernah gue kenal.Senyum lo buat dunia gue bersinar. Ini serius ,gue malu mau ngomong apalagi. Gue cinta sama lo.
Firda.
Sempat aku menarik nafas dan menahannya beberapa saat, setelah membaca tiap kalimatnya. Surat yang awalnya membuatku tidak percaya itu. Akupun percayasetelah menunjukan ke Firda yang senyum seperti tersipu seperti malu-malu.
Sebelum pulang sekolah, aku menaruh balasan yang berisi aku juga suka sama dia. Tapi bayang tentang Rian juga selalu menghantuiku saat dia bilang beberapa jam lalu, kalau suka sama Firda.
Dengan rasa tak karuan aku menyampaikan pesan yang berupa tolakan secara halus itu karena suatu alasan. Tapi aku tidak menyebutkan alasanku apa.
Entah apa yang kurasakan, pikiranku terus memikirkan saat Rian mengatakan suka pada Firda tadi.
Pagi berikutnya.Pagi ini masih nampakcuaca tidak ada perubahan seperti biasanya, tapi ada hal yang sudah berubah dari biasanya tentang sosok Firda.Dia hanya diam dari tadi.aku merasa bersalah. Apa ini mungkin karena kemarin. Ah, sudahlah. Mungkin Saat ini hanya pikiranku yang tidak tenang.
Bahkan saat aku mendekatinya, dia seperti menghindar.
Rian yang juga dari tadi makin lama ternyata juga makin menjauhiku, makin membuatku takut karena merasa bersalah dengan perbuatanku.
“ian, maaf kalo gue buat salah” akhirnya aku mengucapkan kata itu didepan Rian, saat dia duduk dengan Dodon didepan kelas. “ah, maaf apa sih,” ucap Rian dengan santainya. “hahaha.. ga papa” dengan wajah senyum terpaksa, dan agak malu mengucapkan tadi.Dalam benakku Ternyata Rian tidak menjauhiku, itu hanya perasaan burukku saja hari ini.Walaupun mereka tidak membahas tentang Firda didepanku, tapi entahlah kalau aku tidak ada.
Akhir-akhir ini aku semakin merindukan tawa canda saat dulu kami berempat.Tapi disamping itu, aku juga tidak ingin mengacaukan persahabatan yang kami ciptakan berempat, terutama Rian.Hari-hari yang terjadi saat ini semakin aneh, aku selalu saja memandang poto Firda yang kumuat dialbum khusus dalam laptopku, walau tidak sebanyak poto yang dimiliki oleh Rian.bahkan kalau mau tidur, pikiranku selalu membayangnya.kenapa aku mulai menyukainya.Dalam benak aku berkata; “ya Tuhan, kalo aku memang jatuh cinta dengan baik padanya, maka jatuhkanlah aku selamanya” ternyata benar-benar aku memang menyukainya. Lalu bagaimana dengan Rian, yang saat ini mulai pendekatan sama Firda.
Selalu saja saat mereka berdua ku hampiri suasana jadi berubah, itu karena Firda pergi saat aku datang.
Malam-malam yang kuhabiskan kadang hanya berkirim pesan chatting dengan Firda.kata-kata puitis yang kuberikan lewat Puyungsari.Facebook yang kubuat itu sudah cukup mengungkapkan perasaanku, walau dia tidak tahu siapa puyungsari. Dia juga merespon dengan kata-kata yang kubuat. Walau kadang kata yang kubuat hasil copas dari internet.Kadang-kadang.
Akhirnya aku mencapai batas finish, aku memang jatuh cinta dengannya. Dibawah pohon dekat ayunan yang berada di samping kantin itu, aku datang dari belakangnya.“Fir, gue ga tau harus mulai darimana.Gue minta maafsama lo” Tidak kusangka aku membisikan kalimat itu didekat telinganya yang bertutup rapat jilbab itu. Rasanya ingin kugulingkan badanku ke aspal saking gugupnya mengatakan ini.keringat dingin pun menjadi-jadi disekujur tubuh. “maaf?, aku yang seharusnya minta maaf..Perasaan itu tidak bisa dipaksa” suaranya makin pelan, dengan bola mata yang seakan berkaca itu menatapku dengan tajam.Kami saling tatap mata.Baru kali ini rasanya aku menatap pelangi sedekat itu.Tatapan mata tajam itu, membuatku diam seperti membisu.Seakan tak ada kata yang terucap selain AKU SAYANG PADAMU.
Aku hanya diam, dia kelihatan ingin mengatakan sesuatu padaku. “lagian, gue udah punya kekasih dan gue mau berusaha yang terbaik untuknya. Namanya Rian, laki-laki pertama yang mengucapkan sayang padaku.” ucapan yang tidak pernah ku duga sebelumnya.ternyataFirda sudah berpacaran dengan Rian.
Dari belakang mungkin aku hanya pengagumnya
Ya tuhan, kalau aku memang jatuh cinta baik dengannya maka jatuhkanlah aku selamnya.
Dan ini adalah cinta terbaik yang pernah ku temui.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !