‘’Huh, hampir saja aku terlambat, sambil terengah – engah aku masuk kelas dan duduk dibangku yang biasa aku tempati. Hari jum’at jam pertama nya adalah pelajaran bahasa Indonesia, Bapak Evan guru pengampunya, guru yang paling rajin dan super disiplin.
Kring! Kring! Kring! Tanda bel masuk, tak lama kemudian Bapak Evan datang tetapi masih ada tiga bangku yang kosong disebelah ku, bangku cahaya dan yang satu nya lagi memang tidak ada yang menempati.
Tok! Tok! Tok! ‘’Assalamu’alaikum, permisi” aku yakin itu adalah suara cahaya dan renny yang kali ini terlambat masuk pelajaran bahasa Indonesia. “masuk”jawab Bapak Evan, tetapi ternyata itu bukan mereka, itu adalah Ibu Yuyun guru yang sedang kena tugas piket kantor. Tapi siapa yang bersama Ibu nya yaa?, cowok mancung, tinggi, putih, serta beraroma yang wangi mirip sekali seperti iklan pewangi pakaian diTV swasta. “maaf Pak, mengganggu ini ada murid baru dia akan belajar dikelas ini”katanya.
Kring! Kring! Kring! Tanda bel masuk, tak lama kemudian Bapak Evan datang tetapi masih ada tiga bangku yang kosong disebelah ku, bangku cahaya dan yang satu nya lagi memang tidak ada yang menempati.
Tok! Tok! Tok! ‘’Assalamu’alaikum, permisi” aku yakin itu adalah suara cahaya dan renny yang kali ini terlambat masuk pelajaran bahasa Indonesia. “masuk”jawab Bapak Evan, tetapi ternyata itu bukan mereka, itu adalah Ibu Yuyun guru yang sedang kena tugas piket kantor. Tapi siapa yang bersama Ibu nya yaa?, cowok mancung, tinggi, putih, serta beraroma yang wangi mirip sekali seperti iklan pewangi pakaian diTV swasta. “maaf Pak, mengganggu ini ada murid baru dia akan belajar dikelas ini”katanya.
“oh, murid baru yaa, ya sudah perkanalkan dirimu pada teman – teman mu”suruh Pak Evan.
“kalau begitu saya permisi dulu Pak,”Ibu Yuyun kemudian kembali kekantor. Memang akhir – akhir ini banyak sekali murid baru disekolah ku ini, entah itu dikelas X, XI, XI. Maklumlah sekolah ku MA Darul Ulum Kotabaru adalah satu – satu nya sekolah madrasah yang berakreditasi A dikabupaten Kotabaru dan selalu meraih prestasi hampir disetiap bidang akademik maupun non akademik. Eh, jadi lupa sama perkenalan nya.
“perkenalkan nama saya Alan, saya baru saja pindah dari Samarinda, saya …..” “sudah cukup, silahkan duduk”Bapak Evan langsung memotong perkenalan dari Alan, memang Bapak Evan paling tidak mau kalau waktu nya kepotong untuk masalah yang kurang penting. Dia duduk persis dibelakang bangku ku, yang biasa nya ditempati oleh junita. Kalau dilihat – lihat dia itu tampan dan sepertinya juga dia anak yang rajin, pintar dan disiplin, wah bahaya nih bakalan nambah saingan aku dikelas selain Akbar dan Yasir untuk memperebutkan angka 1 yang terpampang dibuku raport berwarna hijau.
Kring! Kring! Tanda bel istirahat, 35 murid kelas XII IPA1 pun langsung berhamburan keluar kelas.Hanya aku, jubay dan murid baru itu yang tertinggal.Tiba – tiba dari arah samping ada uluran tangan berkulit putih dan wangi yang diiringi suara macho “kenalin nama saya Alan, namamu?” ketika aku ingin membalas jabat tangan itu. “murid baru yaa kenalin, aku jubay..” “uhhh, dasar gunting rumput gak tahu apa aku lagi mau kenalan, main potong aja”gumam kesal ku dalam hati. “kita jajan yuk kekantin”seru jubay Dalam perjalanan kami kekantin, terlihat banyak jejeran cewek- cewek yang siap menyerbu hanya untuk sekedar mengetahui nama cowok tampan ini. Menurut ku dia cukup memiliki karisma sehingga bisa menarik perhatian cewek – cewek disekolah.
“kalau begitu saya permisi dulu Pak,”Ibu Yuyun kemudian kembali kekantor. Memang akhir – akhir ini banyak sekali murid baru disekolah ku ini, entah itu dikelas X, XI, XI. Maklumlah sekolah ku MA Darul Ulum Kotabaru adalah satu – satu nya sekolah madrasah yang berakreditasi A dikabupaten Kotabaru dan selalu meraih prestasi hampir disetiap bidang akademik maupun non akademik. Eh, jadi lupa sama perkenalan nya.
“perkenalkan nama saya Alan, saya baru saja pindah dari Samarinda, saya …..” “sudah cukup, silahkan duduk”Bapak Evan langsung memotong perkenalan dari Alan, memang Bapak Evan paling tidak mau kalau waktu nya kepotong untuk masalah yang kurang penting. Dia duduk persis dibelakang bangku ku, yang biasa nya ditempati oleh junita. Kalau dilihat – lihat dia itu tampan dan sepertinya juga dia anak yang rajin, pintar dan disiplin, wah bahaya nih bakalan nambah saingan aku dikelas selain Akbar dan Yasir untuk memperebutkan angka 1 yang terpampang dibuku raport berwarna hijau.
Kring! Kring! Tanda bel istirahat, 35 murid kelas XII IPA1 pun langsung berhamburan keluar kelas.Hanya aku, jubay dan murid baru itu yang tertinggal.Tiba – tiba dari arah samping ada uluran tangan berkulit putih dan wangi yang diiringi suara macho “kenalin nama saya Alan, namamu?” ketika aku ingin membalas jabat tangan itu. “murid baru yaa kenalin, aku jubay..” “uhhh, dasar gunting rumput gak tahu apa aku lagi mau kenalan, main potong aja”gumam kesal ku dalam hati. “kita jajan yuk kekantin”seru jubay Dalam perjalanan kami kekantin, terlihat banyak jejeran cewek- cewek yang siap menyerbu hanya untuk sekedar mengetahui nama cowok tampan ini. Menurut ku dia cukup memiliki karisma sehingga bisa menarik perhatian cewek – cewek disekolah.
Hari senin, jam menunjukkan pukul 08.45 itu berarti upacara bendera sudah selesai, seperti biasanya Bapak Yamin tidak membiarkan siwa – siswi MA Darul Ulum untuk bubar, kali ini Bapak Yamin mengumumkan nama siswa – siswi yang akan mewakili MA Darul Ulum untuk mengikuti Olimpiade sains yang tahun ini akan diselenggarakan diJakarta. Terlihat sekali wajah – wajah antusias siswa – siswi MA Darul ulum Kotabaru, terlebih lagi kelas XII IPA1.Aku rasa hanya aku yang tidak terlalu berminat. Detik – detik ketegangan itu memuncak ketika Bapak Yamin menyebutkan hanya ada 2 orang beruntung yang akan mewakili MA Darul Ulum keJakarta, ternyata 2 orang yang beruntung itu ialah aku dan murid baru itu. Waw …… itu merupakan hal yang mengejutkan bagi ku.Dalam waktu 2 minggu kedepan, aku harus belajar dengan giat bersama Alan untuk persiapan olimpiade sains ini.
Setelah mendengar pengumuman dari Bapak Yamin, aku dan Alan janjian nanti dijam istirahat akan belajar bersama diperpustakaan sekolah dengan guru pembimbing Ibu Risna, Ibu Enny dan Ibu Melna.
Kring! Kring! Tanda bel istirahat berbunyi aku dan Alan bergegas menuju perpustakaan sekolah dan ternyata semua guru pembimbing ku telah berada disana dengan buku – buku materi masing – masing bidang yang kira – kira tebalnya melebihi kamus bahasa inggris 10 teriliyun. “ayo cepat masuk kalian, kalian harus segera mempelajari buku- buku ini”seru Ibu Risna. Aku dan Alan segera mengambil posisi tepat disamping Ibu Enny.Aku dapat bagian untuk mempelajari bidang fisika dan kimia sedangkan Alan dapat bagian mempelajari bidang biologi.Setelah membagi tugas, “kalian pelajari saja dulu buku- buku ini dan bagian mana saja yang kalin tidak paham segera konfirmasi kepada guru masing – masing bidang”jelas Ibu Melna.Kemudian guru pembimbing itu meninggalkan kami dengan segunung tumpukan buku itu.
“Fir, aku mau kekantin dulu yaa sebentar, mau ikut gak?”seru Alan “tidak, kamu saja”. Beberapa menit kemudian Alan muncul dan membawakan aku segelas jus melon. “nih, minum dulu, jangan terlalu serius belajarnya” “makasih….”
Seiring berjalannya waktu, kita pun saling akrab karena terlalu sering belajar bersama, bahkan kami lebih dekat dari namanya sahabat.Dia cowok yang sangat baik dan ramah.Dia sekarang menjadi cowok yang selalu ada saat aku membutukan bantuan.Banyak teman – teman ku disekolah yang menyangka kita pacaran. Oh….. itu tidak mungkin, Hehehe.
Sampai suatu hari, entah apa yang terjadi padaku? Ketika aku melihatnya sedang asyik belajar dengan tumpukan buku biologi, hatiku berdegup kencang, tanganku berkeringat, bahkan kakiku sampai gemetar.Ku tutup mataku agar aku mendapatkan ketenangan. Tapi…. Saat aku terpejam “Fir , ngapain kamu nutup mata, kalau membaca itu melek dong?” serentak aku terkejut mendengar, “hehe, aku lagi lapar nih?”sanggahan ku “kamu mah lapar melulu perasaan. Yuk, aku traktir makan”Persiapan kami untuk kejakarta tinggal beberapa hari lagi.Aku sudah memahami hampir seluruh materi fisika dan kimia, begitu pula dengan Alan dengan materi biologinya.
Malam itu, rasanya sangat aneh, wajahnya benar – benar tidak mau hilang dari pikiranku, saat bersamaan ringtone handphone ku berdering, ternyata ada sebuah pesan singkat dari Alan. “Fir, besok sepulang sekolah kita nyari bahan tambahan materi yuk ?”Tanya Alan “iyaa, ketoko buku atau perpustakaan umum?”balas ku “ketoko buku aja, sekalian kita makan diluar” “baiklah” “ok, selamat malam dan sampai bertemu besok disekolah”
Jam menunjukkan pukul 14.57 itu berarti 3 menit lagi bel tanda pulang akan berbunyi, benar saja 3 menit kemudian bel berbunyi secara serempak terdengar pembacaan do’a pulang yang terdengar hampir diseluruh kelas. Suara itu seperti paduan suara tetapi tidak dipandu oleh seorang dirijen.
Terlihat dari kejauhan Alan sudah menunggu ku dimuka pintu gerbang dengan kendaraan ninja nya yang berwarna hitam mengkilat, kemudian terdengar suaranya memanggil “Fir, buruan……”seru Alan
Setelah selesai kami membeli buku,aku dan Alan singgah disebuah café untuk makan siang. Sambil menunggu pesanan makanan kami datang, sesekali Alan melontarkan lelucuan yang sedikitdapat mengurangi rasa lapar.Kemudian Alan menanyakan sebuah pertanyaan. “Fir, sebelum kita berangkat keJakarta, aku mau ngabulin 2 permintaan kamu” “haha, kamu nih kaya jin yang keluar dari teko ajaib aja…”ledek ku “ini beneran gak becanda, anggap aja ini hadiah perkenalan kita” “kalau begitu, aku ingin kita jadi pemenang olimpiade sains ini, terus aku ingin setelah kita pulang dari Jakarta nanti kamu beliin aku coklat yang banyak dan super enak, gimana om jin”jawab ku “ok siap tuan”. Rasanya gak nyangka bisa dapat momen kayak gini, bisa bercanda dengan Alan tanpa harus dikelilingi tumpukan buku yang menggunung.
Begitu selesai makan, aku pun pulang dengan diantar Alan. Diperjalan pulang pun kami tetap melanjutkan cadaan yang dicafe tadi, tiba – tiba saja dari arah berlawann ada sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi sehingga tidak dapat lagi menggontrol, kemudian menabrak kendaraan yang kami naiki. Aku terlempar kepinggir jalan, betapa terkejutnya aku melihat dia tergeletak tak berdaya dijalan, dengan mata yang terpejam dan tak sadarkan diri.Kemudian aku bergegas menghampirinya dan diikuti oleh segerumbulan warga disekitarnya yang datang serta langsung membawanya kerumah sakit.
Diluar pintu UGD aku dan sanak family Alan menunggu dengan sedih. Tatapan yang penuh dengan sejuta harapan bahwa ada petugas yang segera keluar dari dalam ruangan itu dan memberitahukan kalau pasiennya tidak apa – apa. Tapi harapan itu buyar ketika seorang laki – laki berjas putih keluardari ruangan dan berkata “maaf, kami tidak dapat menolongnya. Benturan dikepalanya sangat keras, walaupun tidak ada darah yang keluar, tapi darah itu bergumpal sangat banyak diotaknya” sontak air mata ku dan keluarga Alan tidak dapat terbendung lagi. “sebelum, dia menghembuskan nafas terakhir dia membaca dua kalimat syahadat dan memanggil nama Fir”. Semua rasa bercampur kecuali rasa bahagia menjadi satu kesatuan yang bergumpal dalam perasaan ku.
Rasanya ini hanya mimpi, tolong bangunkan aku, aku tidak ingin berhadapan dengan kenyataan seperti ini, aku tidak dapat berkata apapun lagi, langsung keluarganya membawa Alan kerumah dan mengurus jenazahnya.
Ketika aku sudah selesai membaca Surah Yaasin, aku tidak sanggup rasanya harus melihat Alan dalam posisi dibalut kain putih dan wajah yang pucat. Aku tidak menyangka kalau jalan – jalan kami semalam adalah perjalanan terakhir yang menghantarkannya untuk menjemput maut.
Setelah mendengar pengumuman dari Bapak Yamin, aku dan Alan janjian nanti dijam istirahat akan belajar bersama diperpustakaan sekolah dengan guru pembimbing Ibu Risna, Ibu Enny dan Ibu Melna.
Kring! Kring! Tanda bel istirahat berbunyi aku dan Alan bergegas menuju perpustakaan sekolah dan ternyata semua guru pembimbing ku telah berada disana dengan buku – buku materi masing – masing bidang yang kira – kira tebalnya melebihi kamus bahasa inggris 10 teriliyun. “ayo cepat masuk kalian, kalian harus segera mempelajari buku- buku ini”seru Ibu Risna. Aku dan Alan segera mengambil posisi tepat disamping Ibu Enny.Aku dapat bagian untuk mempelajari bidang fisika dan kimia sedangkan Alan dapat bagian mempelajari bidang biologi.Setelah membagi tugas, “kalian pelajari saja dulu buku- buku ini dan bagian mana saja yang kalin tidak paham segera konfirmasi kepada guru masing – masing bidang”jelas Ibu Melna.Kemudian guru pembimbing itu meninggalkan kami dengan segunung tumpukan buku itu.
“Fir, aku mau kekantin dulu yaa sebentar, mau ikut gak?”seru Alan “tidak, kamu saja”. Beberapa menit kemudian Alan muncul dan membawakan aku segelas jus melon. “nih, minum dulu, jangan terlalu serius belajarnya” “makasih….”
Seiring berjalannya waktu, kita pun saling akrab karena terlalu sering belajar bersama, bahkan kami lebih dekat dari namanya sahabat.Dia cowok yang sangat baik dan ramah.Dia sekarang menjadi cowok yang selalu ada saat aku membutukan bantuan.Banyak teman – teman ku disekolah yang menyangka kita pacaran. Oh….. itu tidak mungkin, Hehehe.
Sampai suatu hari, entah apa yang terjadi padaku? Ketika aku melihatnya sedang asyik belajar dengan tumpukan buku biologi, hatiku berdegup kencang, tanganku berkeringat, bahkan kakiku sampai gemetar.Ku tutup mataku agar aku mendapatkan ketenangan. Tapi…. Saat aku terpejam “Fir , ngapain kamu nutup mata, kalau membaca itu melek dong?” serentak aku terkejut mendengar, “hehe, aku lagi lapar nih?”sanggahan ku “kamu mah lapar melulu perasaan. Yuk, aku traktir makan”Persiapan kami untuk kejakarta tinggal beberapa hari lagi.Aku sudah memahami hampir seluruh materi fisika dan kimia, begitu pula dengan Alan dengan materi biologinya.
Malam itu, rasanya sangat aneh, wajahnya benar – benar tidak mau hilang dari pikiranku, saat bersamaan ringtone handphone ku berdering, ternyata ada sebuah pesan singkat dari Alan. “Fir, besok sepulang sekolah kita nyari bahan tambahan materi yuk ?”Tanya Alan “iyaa, ketoko buku atau perpustakaan umum?”balas ku “ketoko buku aja, sekalian kita makan diluar” “baiklah” “ok, selamat malam dan sampai bertemu besok disekolah”
Jam menunjukkan pukul 14.57 itu berarti 3 menit lagi bel tanda pulang akan berbunyi, benar saja 3 menit kemudian bel berbunyi secara serempak terdengar pembacaan do’a pulang yang terdengar hampir diseluruh kelas. Suara itu seperti paduan suara tetapi tidak dipandu oleh seorang dirijen.
Terlihat dari kejauhan Alan sudah menunggu ku dimuka pintu gerbang dengan kendaraan ninja nya yang berwarna hitam mengkilat, kemudian terdengar suaranya memanggil “Fir, buruan……”seru Alan
Setelah selesai kami membeli buku,aku dan Alan singgah disebuah café untuk makan siang. Sambil menunggu pesanan makanan kami datang, sesekali Alan melontarkan lelucuan yang sedikitdapat mengurangi rasa lapar.Kemudian Alan menanyakan sebuah pertanyaan. “Fir, sebelum kita berangkat keJakarta, aku mau ngabulin 2 permintaan kamu” “haha, kamu nih kaya jin yang keluar dari teko ajaib aja…”ledek ku “ini beneran gak becanda, anggap aja ini hadiah perkenalan kita” “kalau begitu, aku ingin kita jadi pemenang olimpiade sains ini, terus aku ingin setelah kita pulang dari Jakarta nanti kamu beliin aku coklat yang banyak dan super enak, gimana om jin”jawab ku “ok siap tuan”. Rasanya gak nyangka bisa dapat momen kayak gini, bisa bercanda dengan Alan tanpa harus dikelilingi tumpukan buku yang menggunung.
Begitu selesai makan, aku pun pulang dengan diantar Alan. Diperjalan pulang pun kami tetap melanjutkan cadaan yang dicafe tadi, tiba – tiba saja dari arah berlawann ada sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi sehingga tidak dapat lagi menggontrol, kemudian menabrak kendaraan yang kami naiki. Aku terlempar kepinggir jalan, betapa terkejutnya aku melihat dia tergeletak tak berdaya dijalan, dengan mata yang terpejam dan tak sadarkan diri.Kemudian aku bergegas menghampirinya dan diikuti oleh segerumbulan warga disekitarnya yang datang serta langsung membawanya kerumah sakit.
Diluar pintu UGD aku dan sanak family Alan menunggu dengan sedih. Tatapan yang penuh dengan sejuta harapan bahwa ada petugas yang segera keluar dari dalam ruangan itu dan memberitahukan kalau pasiennya tidak apa – apa. Tapi harapan itu buyar ketika seorang laki – laki berjas putih keluardari ruangan dan berkata “maaf, kami tidak dapat menolongnya. Benturan dikepalanya sangat keras, walaupun tidak ada darah yang keluar, tapi darah itu bergumpal sangat banyak diotaknya” sontak air mata ku dan keluarga Alan tidak dapat terbendung lagi. “sebelum, dia menghembuskan nafas terakhir dia membaca dua kalimat syahadat dan memanggil nama Fir”. Semua rasa bercampur kecuali rasa bahagia menjadi satu kesatuan yang bergumpal dalam perasaan ku.
Rasanya ini hanya mimpi, tolong bangunkan aku, aku tidak ingin berhadapan dengan kenyataan seperti ini, aku tidak dapat berkata apapun lagi, langsung keluarganya membawa Alan kerumah dan mengurus jenazahnya.
Ketika aku sudah selesai membaca Surah Yaasin, aku tidak sanggup rasanya harus melihat Alan dalam posisi dibalut kain putih dan wajah yang pucat. Aku tidak menyangka kalau jalan – jalan kami semalam adalah perjalanan terakhir yang menghantarkannya untuk menjemput maut.
Keesokan harinya aku tetap harus belajar untuk memantapkan persiapan olimpiade, tetapi kali ini berbeda karena posisi Alan harus digantikan dengan Fadli.Meski Alan sudah tidak ada, tapi rasanya aku melihat fadli seperti Alan.Rasanya berat harus melanjutkan perjuangan olimpiede ini tanpa Alan, tapi aku harus kuat.
Syukur Alhamdulillah usaha aku dan fadli juga Alm.Alan tidak sia- sia, karena MA Darul Ulum keluar menjadi juara 1 olimpiade sains seIndonesia. Alan ….ini perjuangn kita,sekarang sudah membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
Ketika aku dan Fadli kembali lagi kesekolah, aku disambut dengan teman – teman dan guru – guru yang gembira, kami bisa menambah 1 lagi koleksi piala sekolah. Tiba – tiba Jubay datang menghampiri dan langsung memeluk ku serta mengucapkan selamat, “Fir, ini titipan dari Alan, dia nitipin ke aku pas sehari sebelum dia kecelakaan itu terjadi” tutur Jubay. Aku membuka bungkusan itu, ternyata isinya adalah sepuluh batang cokelat special.Rasanya pengen netes lagi air mata ini, rupanya Alan sudah mempersiapkan semua ini sebelum dia pergi untuk selama – selamanya.Dan dia telah memenuhi 2 permintaan ku itu.Walaupun aku baru saja mengetahuinya.
Terimakasih Alan karena sudah memberikan kenangan terindah dimasa putih abu – abu ini, rasa cinta dalam diam ini akan terus terjaga, istirahat yang tenang yaah disana. Dan akan selalu ku titipkan salam rindu ku melalui bait – bait do’a dalam sholat ku.
Syukur Alhamdulillah usaha aku dan fadli juga Alm.Alan tidak sia- sia, karena MA Darul Ulum keluar menjadi juara 1 olimpiade sains seIndonesia. Alan ….ini perjuangn kita,sekarang sudah membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
Ketika aku dan Fadli kembali lagi kesekolah, aku disambut dengan teman – teman dan guru – guru yang gembira, kami bisa menambah 1 lagi koleksi piala sekolah. Tiba – tiba Jubay datang menghampiri dan langsung memeluk ku serta mengucapkan selamat, “Fir, ini titipan dari Alan, dia nitipin ke aku pas sehari sebelum dia kecelakaan itu terjadi” tutur Jubay. Aku membuka bungkusan itu, ternyata isinya adalah sepuluh batang cokelat special.Rasanya pengen netes lagi air mata ini, rupanya Alan sudah mempersiapkan semua ini sebelum dia pergi untuk selama – selamanya.Dan dia telah memenuhi 2 permintaan ku itu.Walaupun aku baru saja mengetahuinya.
Terimakasih Alan karena sudah memberikan kenangan terindah dimasa putih abu – abu ini, rasa cinta dalam diam ini akan terus terjaga, istirahat yang tenang yaah disana. Dan akan selalu ku titipkan salam rindu ku melalui bait – bait do’a dalam sholat ku.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !