PENDAHULUAN
A. Identitas Modul
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XII
Judul Modul : Nilai-Nilai dalam Buku Pengayaan
B. Kompetensi Dasar
3.7 Menilai isi dua buku fiksi (kumpulan cerita pendek atau kumpulan puisi) dan satu buku pengayaan (nonfiksi) yang dibaca
4.7 Menyusun laporan hasil diskusi buku tentang satu topik baik secara lisan maupun tulis
C. Deskripsi Singkat Materi
Selamat bertemu kembali. Pernahkah kalian membaca buku kumpulan cerita pendek dan buku-buku ilmu pengetahuan? Setelah kalian membacanya, bagaimana anggapan kalian mengenai buku tersebut? Nah, dalam pembelajaran kali ini, kalian akan memberikan penilaian terhadap buku kumpulan cerpen dan buku pengayaan tersebut. Untuk dapat menilai buku tersebut, tentunya kalian harus memahami terlebih dahulu isi yang terkandung di dalamnya. Berikut ini diberikan contoh buku kumpulan cerpen dan buku pengayaan nonfiksi.Namun, sebelum kalian mencermati lebih lanjut hendaknya kalian tetap menjaga protokol kesehatan agar kalian terhindar dari wabah Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia. Hanya dengan kondisi sehat kalian akan dapat mempelajari modul ini dengan baik pula. Sudah siapkah kalian?
Berikut beberapa contoh judul buku yang dapat kalian baca sebagai pengayaan. Tetap semangat!
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
NILAI –NILAI MORAL DALAM KARYA FIKSI
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul pada Kegiatan Pembelajaran 1 ini, kalian diharapkan dapat memetik nilai-nilai moral yang terkandung dalam buku kumpulan cerpen atau puisi dengan kritis, cermat, dan bertanggung jawab. Dengan demikian, kalian diharapkan memiliki pemahaman tentang nilai-nilai yang bermanfaat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
B. Uraian Materi
1. Hakikat Karya Fiksi
Sebelum kita membahas nilai-nilai yang terkandung dalam buku fiksi dan nonfiksi, kita bahas terlebih dahulu hakikat buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah buku yang berupa prosa naratif yang berisfat imajinatif, tetapi biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubunganhubungan antarmanusia. Karya fiksi biasanya berupa novel maupun cerpen.
Karya fiksi juga menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan diri sendiri, dan dengan Tuhannya. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walaupun berupa hasil
kerja imajinasi, khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Nurgiyantoro, 2015:5).
2. Jenis Karya Fiksi
Jenis karya fiksi dikelompokkan menjadi beberapa macam. Karya fiksi yang mendasarkan pada fakta disebut sebagai fiksi historis jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta sejarah , misalnya Hitam dari Kurasan, Tentara Islam di Tanah Galia karya Dardji Zaidan. Novel historis terikat oleh fakta-fakta yang dikumpulkan melalui penelitian berbagai sumber. Namun, ia pun tetap memberikan ruang gerak untuk fiksionalitas, misalnya dengan memberitakan pikiran dan perasaan tokoh lewat percakapan. Misalnya, novel Surapati dan Robert Anak Surapati karya Abdul Muis yang juga berangkat dari fakta sejarah. Jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta biografis disebut fiksi biografis. Karya –karya biografis orang terkenal seperti Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adam, Kuantar Kau ke Gerbang karya Ramadhan KH, Tahta untuk Rakyat karya Mochtar Lubis, dan Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral. Selain itu juga biografi Gusti Nurul Streven Naar Geluk karya Ully Hermono, Khatijah ketika Rahasia Mim Tersingkap karya Sibel Eraslan, Barack Obama Dream From My father yang merupakan otobiografi. Jika yang menjadi dasar penulisan fiksi itu berupa fakta ilmu pengetahuan disebut fiksi sains.
Misalnya, Bumi, Bulan, Matahari, Bintang, karya Tere Liye, dan 1984 karya George Orwell. Ketiga jenis karya fiksi tersebut sering disebut fiksi nonfiksi (Nurgiyantoro, 2015:5)
Yang dapat digolongkan sebagai karya fiksi adalah novel (novel serius, novel popular, teenlit), cerpen, dan roman. Contoh novel serius misalnya Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, semuanya karya Pramodya Ananta Toer. Dapat pula kalian baca novel Belenggu karya Armyn Pane, Atheis karya Achdiat Kartamiharja, Jalan Tak Ada Ujung dan HarimauHarimau karya Moctar Lubis, Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangun Wijaya, Ayat-Ayat Cinta, Bidadari Bermata Bening, Ketika Cinta Bertasbih, karya Habiburahman El Sirazi.Di samping itu, dapat pula kalian baca pula novel popular seperti Karmila, Badai Pasti Berlalu, karya Marga T, Cintaku di Kampus Biru, Kugapai
Cintamu, Terminal Cinta Terakhir karya Ashadi Siregar, Cewek Komersil, Gita Cinta dari SMA, Musim Bercinta karya Eddy D Iskandar. Untuk jenis teenlit misalnya Dealova karya Dylan Nuranindya, othing But Love Semata Cinta dan Aphroditekarya Laire Siwi Mentari, dan lain-lain.
3. Nilai Moral dalam Karya Fiksi
Karya sastra selain sebagai media konumikasi, juga dipandang sebagai suatu sarana untuk mengajarkan sesuatu kepada pembaca. Telaah moral filosofis yang dikembangkan Plato, dalam Sudjiono (1990;177) dinyatakan bahwa fungsi sastra adalah mengajarkan moralitas, baik yang diorientasikan kepada ajaran religi maupun falsafah. Sehubungan dengan nilai-nilai dalam karya sastra, Shipley (dalam Tarigan, 1984;194) mengemukakan nilai-nilai dalam sastra meliputi lima macam yaitu:
a) Nilai hedonik, yaitu nilai yang memberi kesenangan secara langsung
b) Nilai artistik, yaitu nilai yang memanifestasikan keterampilan seseorang
c) Nilai kultural, yaitu nilai yang mengandung hubungan yang mendalam dengan masyarakat
d) Nilai etis, moral, religious, jika di dalamnya terkandung ajaran moral, etika, dan agama
e) Nilai praktis, jika dalam karya sastra itu terkandung hal-hal yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian moral dalam karya sastra tidak berbeda dengan pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik buruk yang diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan
dengan pembaca.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan itulah yang ingin disampaikan oleh pengarang. Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995:323-324), jenis moral dalam karya sastra dikelompokkan menjadi empat aspek, yaitu:
a) Moral dalam aspek kehidupan antara manusia dan Tuhan
b) Moral dalam aspek kehidupan antara manusia dengan manusia
c) Moral dalam aspek kehidupan antara manusia dengan nuraninya
d) Moral dalam aspek kehidupan antara manusia dengan alam
C. Rangkuman
1. Yang termasuk ke dalam karya fiksi adalah novel, cerpen, dan roman. Karya fiksi terbagi menjadi tiga macam, yakni fiksi yang bersumber pada sejarah disebut fiksi historis, yang bersumber dari kisah atau biografi disebut fiksi biografis, dan yang bersumber dari fakta-fakta ilmu pengetahuan disebut fiksi sains.
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra fiksi maupun sastra fiksi nonfiksi meliputi nilai hedonik, yakni nilai yang memberi kesenangan secara langsung; nilai artistik yaitu nilai yang memanifestasikan keterampilan seseorang; nilai kultural adalah nilai yang mengandung hubungan dengan masyarakat; nilai etis-religius adalah nilai yang berhubungan dengan ajaran moral, etika, dan religious; serta nilai praktis yaitu nilai yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
3. Nilai moral dalam karya fiksi dan fiksi nonfiksi meliputi nilai moral dalam aspek kehidupan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan nuraninya, dan manusia dengan alam.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
MENILAI DUA BUKU FIKSI DAN NONFIKSI
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul pada Kegiatan Pembelajaran 2, kalian diharapkan dapat menilai isi dua buku fiksi berupa antologi cerpen dan satu buku pengayaan. Kalian diharapkan dapat mengambil isi maupun nilai yang berguna bagi kehidupan. Selanjutnya, kalian dapat menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, melalui membaca buku pengayaan dan melaporkannya pada guru, kalian diharapkan dapat mengembangkan sikap jujur, disiplin, dan bertanggung jawab, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, komunikatif, kolaboratif, dan kreatif.
B. Uraian Materi
Menilai buku kumpulan cerpenPada materi pengayaan kali ini kalian akan membaca buku fiksi berupa buku kumpulan cerpen. Buku kumpulan cerpen apa saja yang pernah kalian baca. Beberapa judul kumpulan cerpen atau antologi cerpen misalnya, Robohnya Surau Kami, karya A.A. Navis. Antologi ini terdiri atas sepuluh judul cerpen yaitu Robohnya Surau Kami, Anak Kebangggaan, Nasihat-Nasihat, Topi Helm, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dari Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong, dan Dari Masa ke Masa. Selain itu kalian juga bisa membaca kumpulan cerpen yang lain misalnya Jodoh karya A.A Navis, Senyum Karyamin karya Amat Tohari, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karya Idrus,dll. ? Kalian juga bisa membaca dan mengunduhnya di laman internet https://www.goodreads.com/list/show/39490.Kumpulan_Cerpen_Indonesia_Terbaik
Untuk menilai sebuah kumpulan cerita, terdapat sejumlah pertanyaan dapat kita jadikan panduan. Untuk itu, jawablah beberapa pertanyaan berikut!
a) Apa sajakah tema cerita yang terdapat dalam kumpulan cerpen tersebut?
b) Apakah tema tersebut benar sebagai kebenaran umum?
c) Peristiwa-peristiwa apa sajakah yang dipilih untuk melayani tema cerita?
d) Mengapa suatu cerita lebih menonjol daripada cerita yang lainnya?
e) Bagaimana peristiwa-peristiwa itu mengantarkan perjalanan hidup tokoh utamanya?
f) Di mana dan kapankah peristiwa-periatiwa tersebut terjadi?
g) Bagaimana cara pengarang dalam menampilkan karakter-karakter tokoh tokohnya?
h) Dari sudut pandang siapakah cerita-cerita tersebut diceritakan?
i) Bagaimana cara pengarang menyampaikan amanatnya?
j) Gaya bahasa apakah yang digunakan pengarang dalam cerita-cerita tersebut?
k) Apakah penggunaan gaya bahasa itu tepat, wajar, dan hidup?
l) Bagaimana kelebihan dan kelemahan buku kumpulan cerpen tersebut?
Karya cerpen seperti halnya novel juga mengandung unsur-unsur intrinsik seperti tema, latar cerita, sudut pandang atau gaya penceritaan, tokoh dan penokohan, alur cerita, amanat atau pesan, gaya bahasa, nilai-nilai moral, dan lain-lain. Selain itu, karya fiksi diciptakan juga dipengaruhi oleh unsur di luar karya sastra misalnya, zaman atau masa karya itu diciptakan, pandangan hidup pengarang, dan sebagainya
C. Rangkuman
1. Antologi atau kumpulan karya dapat berupa kumpulan cerpen maupun kumpulan puisi. Keduanya tergolong karya atau buku fiksi.
2. Buku antologi cerpen misalnya, Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, Jodohkarya A.A. Navis, Senyum Karyamin karya Amat Tohari, Dari Ave Maria Ke Jalan Lain ke Roma karya Idrus, Cerita dari Blora karya Pramodya Ananta Toer, Perempuan di Titik Nol, karya Nawal El Saadawi, dan lain lain.
3. Untuk menilai kumpulan cerpen dapat diawali dengan menganalisis tema setiap cerita, tema yang paling menonjol, tokoh –tokoh yang ditampilkan dalam setiap cerita, latar yang dominan, pesan dari setiap cerita, sudut pandang, gaya bahasa, serta keunggulan dan kelemahan dari setiap cerita.
( Penyusun : Partinem, M.Pd )
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !