Kompetensi Dasar | Indikator Pencapaian Kompetensi |
3.4 Menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah | 3.4.1 Menganalisi kebahasaan teks cerita atau novel sejarah 3.4.2 Menganalisi unsur cerita teks novel sejarah 3.4.3 menyusun kerangka karangan cerita novel sejarah |
pribadi dengan memerhatikan kebahasaan | 4.4.1 Menyusun cerita sejarah pribadidengan memerhatikan kebahasaan 4.4.2 Mempresentasikan teks cerita sejarah pribadi yang ditulis |
2. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif (4C) baik dalam menentukan unsur-unsur cerita, menganalisis unsur kebahasaan teks cerita/novel sejarah dan menyusun cerita sejarah pribadidengan memerhatikan kebahasaan serta memiliki sikap religius, nasionalis, integritas, dan mandiri. (PPK)
3. Deskripsi Pembelajaran
Assalamulaikum anak-anak! Bagaimana kabar kalian hari ini ? semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat. Bapak harap dimasa pandemi covid 19 ini kalian senantiasa menjaga 5 M yakni Mencuci tangan,Memakai masker, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan dan Mengurangi mobilitas supaya kalian tidak terjangkit virus corona.
Anak-anak bapak yang yang berakhalak mulia pada materi ajar ini kalian diharap bisa belajar dengan penuh semangat dan penuh cinta dengan tanah air indonesia.
Belajar sejarah sering kali memang diremehkan oleh sebagian orang karena tidak dianggap penting, membosankan tapi tahukan bahwa sebenarnya belajar sejarah itu sangan menyenangkan, kata orang akademisi belakar sejarah itu adalah rekreasinya orang akademisi di masa lampau.
Nah pada pembelajaran kali ini, materi ajar ini kalian akan belajar tentang teks cerita/novel sejarah yaitu unsur-unsur cerita,struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita novel sejarah.
Ayo mari kita pelajari dengan penuh semangat dan hati yang bahagia !
Rekon pribadi adalah cerita yang memuat suatu kejadian danpenulisnya terlibat secara langsung dalam cerita tersebut. Rekon faktual adalah cerita yang memuat kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain. Sedangkan Rekon imajinatif adalah cerita yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan dan diceritakan secara lebih rinci. Teks Cerita (novel) sejarah tergolong ke dalam rekon imajinatif. Teks sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan tentang peristiwa atau kejadian masa lampau yang bersifat faktual, disajikan secara kronologis dan memiliki nilai kesejarahan (Engkos Kosasih, 2019 : 21). Sedangkan teks cerita atau novel sejarah merupakan cerita atau novel yang didalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal
Novel sejarah membantu memperkenalkan dan mengakrabkan suatu masyarakat
pada masa lalu bangsanya. Dengan
demikian, pendidikan dalam novel dapat menanamkan akar pada bangsanya.
Seorang sastrawan yang sering kali menggunakan fakta-fakta sejarah
sebagai latar untuk mengisahkan
tokoh-tokoh fiksinya bermaksud untuk mengisahkan kembali seorang tokoh
sejarah dalam berbagai
dimensi jkehidupannya, seperti
emosi pribadi tokoh,
tragedi yang menimpanya, kehidupan keluarga
dan masyarakat, serta pandangan politiknya. Misalnya, novel Roro Mendut versi Mangunwijaya dan versi
Ajip Rosidi; Bumi Manusia, Jejak
Langkah, Anak Segala Bangsa, dan Rumah
Kaca karya Pramoedya Ananta Toer; Kuantar ke Gerbang
karya Ramadhan K.H. yang mengisahkan kehidupan Soekarno ketika
menjalin rumah tangga dengan Inggit Garnasih; Novel Pangeran
Diponegoro; Menggagas Ratu Adil karya Remy Silado. Contoh
lain novel The da Vinci
Code karya Dan Brown.
A.
Pengertian Teks Cerita Novel Sejarah
Cerita sejarah adalah cerita yang didalamnya
menjelaskan dan menceritakan tentang
fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal muasal atau latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai
kesejarahan, bisa ersifat naratif atau deskriptif. Cerita sejarah termasuk
dalam teks naratif
jika disajikan dengan menggunakan urutan
peristiwa dan urutan waktu. Namun, jika cerita sejarah disajikan secara
simbolisasi verbal, maka cerita sejarah
tergolong ke dalam teks deskriptif.
B. Informasi
dalam Teks Cerita Novel Sejarah
C. Struktur
Teks Cerita Novel Sejarah
Novel sejarah, seperti juga novel-novel lainnya, termasuk
dalam genre teks cerita ulang. Novel
sejarah juga mempunyai unsur struktur teks yang sama dengan struktur novel lainnya yaitu orientasi,
pengungkapan peristiwa, rising action,
komplikasi, evaluasi/resolusi, dan koda.
1.
Pengenalan situasi cerita
(exposition, orientasi)
Dalam
bagian ini, pengarang memperkenalkan setting
cerita baik waktu, tempat, maupun
peristiwa. Selain itu, orientasi juga dapat disajikan dengan mengenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh.
2.
Pengungkapan peristiwa
Dalam bagian ini disajikan
peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
3.
Menuju konflik
(rising action)
Terjadi peningkatan perhatian
kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan
berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
4.
Puncak konflik
(turning point, komplikasi)
Bagian ini disebut pula
sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula,
ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya.
Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.
5.
Penyelesaian (evaluasi, resolusi)
Sebagai akhir cerita, pada
bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah
mengalami peristiwa puncak itu. Pada
bagian ini pun sering pula dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun
nasib akhir yang dialami
tokoh utama.
6.
Koda
Bagian ini berupa komentar terhadap
keseluruhan isi cerita, yang fungsinya sebagai
penutup. Komentar yang dimaksud bisa disampaikan langsung oleh pengarang atau dengan mewakilkannya pada
seorang tokoh. Hanya saja tidak setiap
novel memiliki koda, bahkan novel-novel modern lebih banyak menyerahkan simpulan akhir ceritanya
kepada pembaca. Mereka dibiarkan menebak-nebak sendiri
penyelesaian ceritanya.
D. Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Bahasa novel sejarah sama seperti bahasa yang digunakan pada
novel pada umumnya, yaitu konotatif
dan emotif. Meskipun konotatif dan emotif, bahasa novel sejarah tetap mengacu kepada bahasa yang digunakan masyakarat (konvensional) agar tetap dipahami oleh pembacanya.
Penggunaan bahasa konotatif
dan emotif diwujudkan pengarang
dengan merekayasa bahasa dengan menggunakan beragam gaya bahasa,
pencitraan dan beragam pengucapan (style).
Beberapa kaidah
kebahasaan yang berlaku
pada novel sejarah
dipaparkan sebagai berikut.
1.
Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau Contoh: Prajurit-prajurit yang telah
diperintahkan membersihkan gedung bekas asrama
telah menyelesaikan t
2.
Menggunakan banyak kata yan menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal)
Contoh: Sejak saat itu, setelah itu, mula-mula,
kemudian, setelah
3.
Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu
tindakan (kata kerja material)
Contoh: Berdiri, menangis, menatap, menggenggam
4.
Menggunakan banyak kata kerja yang menunjukkan kalimat tak
langsung sebagai cara menceritakan tuturan seoarng tokoh
oleh pengarang
Contoh: Mengatakan bahwa, menceritakan tentang,
menurut, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, dan menuturkan
5.
Menggunakan banyak kata kerja yang menyatakan sesuatu yang
dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental)
Contoh: merasakan, mengiginkan, mengharapkan, mendambakan, menganggap
6.
Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda
petik ganda (“...”) dan kata kerja yang
menunjukkan tuturan langsung
Contoh: “Mana surat itu?”
“Surat apa, Nyi Gede, lontar
ataukah kertas?”
7.
Menggunakan kata-kata sifat
(descriptive language) untuk menggambarkan tokoh,
tempat, atau suasana
Contoh:
Gajah
Mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan mata menyapu
wajah semua pimpinan
prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing.
Dari apa yang terjadi itu
terlihat betapa besar wibawa Gajah mada, bahkan beberapa prajurit harus mengakui wibawa yang dimiliki Gajah Mada
jauh lebih besar dari wibawa Jayanegara. Sri Jayanegara masih
bisa diajak bercanda, tetapi tidak dengan
Patih Gajah Mada, sang pemilik
wajah yang amat beku itu
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !