Pengunjung yang baik Selalu Meninggalkan Klik di Like Box"

KELAS XII 3.4 TEKS CERITA NOVEL SEJARAH

Selasa, 06 Oktober 2020




 1. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi

3.4 Menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah

3.4.1    Menganalisi kebahasaan teks ceritatau novel sejarah

3.4.2    Menganalisi unsur cerita teks novel sejarah

3.4.3    menyusun kerangka karangan cerita novel sejarah

4.4          Menulis cerita sejarah

       pribadi dengan memerhatikan kebahasaan

4.4.1   Menyusun cerita sejarah pribadidengan memerhatikan kebahasaan

4.4.2   Mempresentasikan teks cerita sejarah pribadi yang ditulis

 

 2. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif (4C) baik dalam menentukan unsur-unsur cerita, menganalisis unsur kebahasaan teks cerita/novel sejarah dan menyusun cerita sejarah pribadidengan memerhatikan kebahasaan serta memiliki sikap religius, nasionalis, integritas, dan mandiri. (PPK)

  3. Deskripsi Pembelajaran

            Assalamulaikum anak-anak! Bagaimana kabar kalian hari ini ? semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat. Bapak harap dimasa pandemi covid 19 ini kalian senantiasa menjaga 5 M yakni Mencuci tangan,Memakai masker, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan dan Mengurangi mobilitas supaya kalian tidak terjangkit virus corona.

Anak-anak bapak yang yang berakhalak mulia pada materi ajar ini kalian diharap bisa belajar dengan penuh semangat dan penuh cinta dengan tanah air indonesia.

Belajar sejarah sering kali memang diremehkan oleh sebagian orang karena tidak dianggap penting, membosankan tapi tahukan bahwa sebenarnya belajar sejarah itu sangan menyenangkan, kata orang akademisi belakar sejarah itu adalah rekreasinya orang akademisi di masa lampau.

Nah pada pembelajaran kali ini, materi ajar ini kalian akan belajar tentang teks cerita/novel sejarah yaitu unsur-unsur cerita,struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita novel sejarah.

    Ayo mari kita pelajari dengan penuh semangat dan hati yang bahagia !


Cerita sejarah tergolong kedalam genre teks naratif seperti halnya novel pada umumnya. Didalamnya terdapat unsur penokohan, alur, atau rangkaian peristiwa serta latar. Hanya saja yang satu bersifat informatif (faktual) dan yang satunya lagi berupa fiksi. Cerita sejarah yang bersifat fiksi banyak dibumbui oleh cerita imajinatif penulis, namun ide dasar cerita tetap fokus pada cerita faktualnya. Cerita Sejarah yang bersifat faktual disebut teks sejarah, sedangkan cerita sejarah yang bersifat imajinatif disebut teks cerita sejarah atau novel sejarah. Teks Sejarah dapat pula dikategorikan sebagai rekon atau cerita ulang. Berdasarkan jenisnya, cerita ulang terdiri atas tiga jenis, yakni rekon pribadi (pengalaman pribadi), rekon faktual (cerita faktual/informasional) dan rekon imajinatif (cerita imajinatif).

Rekon pribadi adalah cerita yang memuat suatu kejadian danpenulisnya terlibat secara langsung dalam cerita tersebut. Rekon faktual adalah cerita yang memuat kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain. Sedangkan Rekon imajinatif adalah cerita yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan dan diceritakan secara lebih rinci. Teks Cerita (novel) sejarah tergolong ke dalam rekon imajinatif. Teks sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan tentang peristiwa atau kejadian masa lampau yang bersifat faktual, disajikan secara kronologis dan memiliki nilai kesejarahan (Engkos Kosasih, 2019 : 21). Sedangkan teks cerita atau novel sejarah merupakan cerita atau novel yang didalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal 



Novel sejarah membantu memperkenalkan dan mengakrabkan suatu masyarakat pada masa lalu bangsanya. Dengan demikian, pendidikan dalam novel dapat menanamkan akar pada bangsanya.

Seorang sastrawan yang sering kali menggunakan fakta-fakta sejarah sebagai latar untuk mengisahkan tokoh-tokoh fiksinya bermaksud untuk mengisahkan kembali seorang tokoh sejarah dalam berbagai dimensi jkehidupannya, seperti emosi pribadi tokoh, tragedi yang menimpanya, kehidupan keluarga dan masyarakat, serta pandangan politiknya. Misalnya, novel Roro Mendut versi Mangunwijaya dan versi Ajip Rosidi; Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Segala Bangsa, dan Rumah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer; Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. yang mengisahkan kehidupan Soekarno ketika menjalin rumah tangga dengan Inggit Garnasih; Novel Pangeran Diponegoro; Menggagas Ratu Adil karya Remy Silado. Contoh lain novel The da Vinci Code karya Dan Brown.

A.              Pengertian Teks Cerita Novel Sejarah

Cerita sejarah adalah cerita yang didalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal muasal atau latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa ersifat naratif atau deskriptif. Cerita sejarah termasuk dalam teks naratif jika disajikan dengan menggunakan urutan peristiwa dan urutan waktu. Namun, jika cerita sejarah disajikan secara simbolisasi verbal, maka cerita sejarah tergolong ke dalam teks deskriptif.

 

B.       Informasi dalam Teks Cerita Novel Sejarah

Informasi penting dalam novel sejarah lebih mengarah kepada fakta sejarah yang dijadikan latar penceritaan serta imajinasi penulis atas fakta tersebut. Fakta sejarah yang menjadi informasi dalam novel sejarah misalnya latar waktu dan latar tempat. Selain itu peristiwa sejarah dan tokoh-tokoh yang terlibat juga termasuk dalam informasi yang didasarkan pada fakta sejarah. Sementara imajinasi pengarang ini secara leluasa banyak mengungkap perasaan dan pikiran tokoh.

 

C.      Struktur Teks Cerita Novel Sejarah

Novel sejarah, seperti juga novel-novel lainnya, termasuk dalam genre teks cerita ulang. Novel sejarah juga mempunyai unsur struktur teks yang sama dengan struktur novel lainnya yaitu orientasi, pengungkapan peristiwa, rising action, komplikasi, evaluasi/resolusi, dan koda.

1.          Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi)

Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan setting cerita baik waktu, tempat, maupun peristiwa. Selain itu, orientasi juga dapat disajikan dengan mengenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh.

2.             Pengungkapan peristiwa

          Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.

3.             Menuju konflik (rising action)

         Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

4.             Puncak konflik (turning point, komplikasi)

         Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.

5.             Penyelesaian (evaluasi, resolusi)

          Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Pada bagian ini pun sering pula dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun nasib akhir yang dialami tokoh utama.

6.             Koda

          Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang fungsinya sebagai penutup. Komentar yang dimaksud bisa disampaikan langsung oleh pengarang atau dengan mewakilkannya pada seorang tokoh. Hanya saja tidak setiap novel memiliki koda, bahkan novel-novel modern lebih banyak menyerahkan simpulan akhir ceritanya kepada pembaca. Mereka dibiarkan menebak-nebak sendiri penyelesaian ceritanya.

D.     Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Bahasa novel sejarah sama seperti bahasa yang digunakan pada novel pada umumnya, yaitu konotatif dan emotif. Meskipun konotatif dan emotif, bahasa novel sejarah tetap mengacu kepada bahasa yang digunakan masyakarat (konvensional) agar tetap dipahami oleh pembacanya.

 Penggunaan bahasa konotatif dan emotif diwujudkan pengarang dengan merekayasa bahasa dengan menggunakan beragam gaya bahasa, pencitraan dan beragam pengucapan (style).

Beberapa kaidah kebahasaan yang berlaku pada novel sejarah dipaparkan sebagai berikut.

1.         Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau Contoh: Prajurit-prajurit yang telah diperintahkan membersihkan gedung bekas asrama telah menyelesaikan t ugasnya.

2.         Menggunakan banyak kata yan menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal)

       Contoh: Sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian, setelah

3.         Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan (kata kerja material)

Contoh: Berdiri, menangis, menatap, menggenggam

4.         Menggunakan banyak kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seoarng tokoh oleh pengarang

       Contoh: Mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, dan menuturkan

5.         Menggunakan banyak kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental)

Contoh: merasakan, mengiginkan, mengharapkan, mendambakan, menganggap

6.         Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“...”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung

       Contoh: “Mana surat itu?”

                     “Surat apa, Nyi Gede, lontar ataukah kertas?”

7.         Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana

       Contoh:

       Gajah Mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan mata menyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing.

       Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah mada, bahkan beberapa prajurit harus mengakui wibawa yang dimiliki Gajah Mada jauh lebih besar dari wibawa Jayanegara. Sri Jayanegara masih bisa diajak bercanda, tetapi tidak dengan Patih Gajah Mada, sang pemilik wajah yang amat beku itu


Contoh Teks Novel Sejarah

Gambar : Novel Mangir
(Sumber : https://www.google.com/url?)

    Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pun awan di langit. Dan bulan telah terbit bersamaan dengan tenggelamnya matari. Dengan cepat ia naik dari kaki langit, mengunjungi segala dan semua yang tersentuh cahayanya.Juga hutan,juga laut,juga hewan dan manusia.Langit jernih,bersih,dan terang.Diatas bumi Jawa lain lagi keadaannya gelisah, resah, seakan-akan manusia tak membutuhkan ketenteraman lagi.
    Bahkan juga laut Jawa di bawah bulan purnama sidhi itugelisah. Ombak-ombak besar bergulung-gulung memanjang terputus, menggunung, melandai, mengejajari pesisir pulau Jawa. Setiap puncak ombak dan riak, bahkan juga busanya yang bertebaran seperti serakan mutiara-semua-dikuningi oleh cahaya bulan. Angin meniup tenang. Ombak-ombak makin menggila.
Sebuah kapal peronda pantai meluncur dengan kecepatan tinggi dalam cuaca angin damai itu. Badannya yang panjang langsing, dengan haluan dan buritan meruncing, timbul- tenggelam di antara ombak-ombak purnama yang menggila. Layar kemudi di haluan menggelembung membikinlunas menerjang serong gunung-gunung air itu-serong ke barat laut. Barisan dayung pada dinding kapal berkayuh berirama seperti kaki-kaki pada ular naga. Layarnya yang terbuat dari pilinan kapas dan benang sutra, mengilat seperti emas, kuning dan menyilaukan.
Sang Patih berhenti di tengah-tengah pendopo, dekat pada damarsewu menegur, "Dingin-dingin begini anakanda datang, Pasti ada sesuatu keluarbiasaan. Mendekat sini, anakanda. Dan Patragading berialan mendekat dengan lututnya sambil mengangkat sembah, merebahkan diri pada kaki SangPatih. "Ampuni patik, membangunkan Paduka pada malam buta begini Kabarduka, Paduka. Balatentara Demak di bawah Adipati Kudus memasuki jepara tanpa diduga-duga, menyalahi aturan perang.

"Allah Dewa Batara!" sahut Sang Patih. "Itu bukan aturan raja raja! Itu aturan brandal!"
"Balatentara Tuban tak sempat dikerahkan, Paduka "Bagaimana Bupati Jepara?
"Tewas enggan menyerah Paduka, Patragading mengangkat sembah."Sisa balatentara Tuban mundur ke timur kota. Jepara penuh dengan balatentara Demak. Lebih dari tiga ribu orang. "Pada suatu kali, kaki kuda Demak akan mengepulkan debu di seluruh bumi Jawa. Bila debunya jatuh kembali ke bumi, ingat- ingat para kawula, akan kalian lihat, takkan ada satu tapak kaki orang Peranggipun tampak. Juga tapak- tapaknya di Blambangan dan Pajajaran akan musnah lenyap tertutup oleh debu kuda kalian." Seluruh Tuban kembali dalam ketenangan dan kedamaian-kota dan pedalaman. Sang Patih Tuban mendiang telah digantikan oleh Kala Cuwil, pemimpin pasukan gajah. Nama barunya: Wirabumi. Panggilannya yang lengkap: Gusti Patih Tuban Kala Cuwil Sang Wirabumi. Dan sebagai patih ia masih tetap memimpin pasukan gajah, maka Kala Cuwil tak juga terhapus dalam sebutan. Pasar kota dan pasar bandar ramai kembali seperti sediakala. Lalu lintas laut, kecuali dengan Atas Angin, pulih kembali. Sang Adipati telah menjatuhkan titah: kapal-kapal Tuban mendapat perkenan untuk berlabuh dan berdagang di Malaka ataupunPasai.

Sumber: Buku Paket Bahasa Indonesia Wajib Kelas XII, Edisi Kurikulum 2013


    
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. VANb.indo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger